MENGHUJAT ABU HURAIRAH, MENGHUJAT KITAB SENDIRI (13) BATU LARI MEMBAWA BAJU NABI MUSA

 
Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits tentang batu yang melarikan pakaian Nabi Musa. Hadits ini bukan hanya sekedar riwayat dari Bukhari dan Muslim, namun juga tercantum dalam kitab-kitab tafsir syiah.
Anehnya, selama ini syiah tidak berusaha menelaah literaturnya sendiri, akibatnya mereka menjadi korban penipuan dari ulama sekelas abdul husein. Akibatnya ketika ada nukilan riwayat tersebut dari kitab syiah, mereka hanya bisa diam. Hati kecil mereka mengakui bahwa mereka telah menjadi korban kebohongan. Tapi suara hati kecil itu dibungkam oleh fanatisme buta dan kesombongan.

Begitu pula ustadz-ustadz syiah yang sok jagoan, mereka takut menjelaskan kebenaran pada para muridnya, karena takut muridnya pada lari. Karena tidak ada orang berakal sehat yang mau ditipu mentah-mentah.

Kami baru menampilkan 12 penipuan abdul husein pada syiah. Orang yang berakal sehat tidak mau ditipu dua kali, apalagi  12 kali. Dan ini bukan yang terakhir.

Al Qummi, ulama tafsir syiah kenamaan, dalam tafsirnya mengutip riwayat dari Abu Bashir , Abu Abdillah mengatakan:

Bani Israil mengatakan bahwa Nabi Musa tidak memiliki apa yang dimiliki oleh kaum laki-laki, biasanya Nabi Musa mandi di tempat yang tidak nampak oleh manusia, pada suatu hari Nabi Musa mandi di tepi sungai, dia meletakkan bajunya di atas sebuah batu, lalu Allah memerintahkan batu itu untuk menjauh dari Nabi Musa, hingga Bani Israil bisa melihat Nabi Musa, lalu mereka tahu bahwa Nabi Musa tidak seperti yang mereka katakan, Allah menurunkan ayat :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. [Al Ahzab 69]

Tafsir Al Qummi jilid 2 hal 179

Lihat juga :

Tafsir As Shafi jilid 4 hal 205-206,
Kanzu Ad Daqaiq jilid 8 hal 230-231
Bayanu As Sa’adah jilid 3 hal 257
Al Jauhar At Tsamin jilid 5 hal 165
Nur at tsaqalain jilid 4 hal 308
Qashash Al Anbiya hal 249-250
Tafsir Al Burhan jilid 3 hal 329
Al Kasyif jiild 6 hal 243
Jawami’ Al Jami’ jilid 2 hal 339
Minhajus Shadiqin, Fathullah Al Kasyani jilid 4 hal 321
Tafsir Al Mizan jilid 16 hal 353


Tafsir yang terakhir, yaitu al mizan, adalah sebuah tafsir yang dielu-elukan oleh syiah indonesia, maka tidak ada salahnya jika kami nukilkan di sini, agar syiah indonesia tidak hanya mengenal nama tafsir al mizan, tapi juga mengenal sedikit isinya:

Firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa; maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.

Allah melarang mereka agar tidak seperti sebagian Bani Israil, melarang mereka memperlakukan Nabi mereka seperti perlakuan Bani Israil , yaitu menyakiti para Nabi, dan yang dimaksud di sini bukanlah gangguan secara umum, dengan ucapan atau perbuatan, meski keduanya juga dilarang,  tetapi ayat : maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan, menunjukkan bahwa gangguan itu berupa tuduhan dan dusta yang perlu dibantah, bisa jadi di sini tidak disebutkan jenis perbuatan menyakiti bani Israilpada Musa mempekuat hadits yang menjelaskan bahwa mereka berkata : Nabi Musa tidak memiliki apa yang dimiliki oleh para lelaki

Begitu juga At Thabrasi, seorang ahli tafsir syiah kenamaan, dalam tafsirnya yang berjudul Majma’ul Bayan, menegaskan hadits yang diingkari oleh abdul husein :

bahwa Nabi Musa adalah seorang pemalu, dia mandi sendirian, lalu ada yang berkata: Nabi Musa mandi sendirian, pasti karena ada aib di kulitnya, bisa jadi sopak, atau ada bengkak di kemaluannya, suatu kali dia mandi, lalu meletakkan bajunya di atas batu, lalu batu itu lari, dan Musa mengejarnya, lalu Bani Israil melihat Musa dalam keadaan telanjang, melihat tubuhnya seperti laki-laki yang sempurna, lalu Allah membersihkannya dari tuduhan itu.
Ni’matullah Al Jazairi, seorang ulama syiah kenamaan, juga mengatakan dalam kitab Qashash Al Anbiya’:

sekelompok ahli hadits mengatakan, bisa saja hal itu terjadi, setelah adanya keterangan dari hadits yang shahih, juga mereka melihat Nabi Musa dalam keadaan telanjang adalah tanpa kesengajaan dari Nabi Musa, dan dia tidak tahu bahwa ada yang melihatnya atau tidak, dan ketika Nabi Musa berlari telanjang untuk mengejar bajunya, salah satu manfaatnya adalah membersihkan Nabi Musa dari tuduhan itu, dan ini bukan perbuatan yang keji.
Kita lihat komentar abdul husein atas riwayat yang ada dalam kitab-kitab syiah ini:
Anda lihat ada suatu yang mustahil dalam hadits ini. tidak mungkin (Musa) mencemarkan nama baik dirinya, yang memiliki kemuliaan dapat berbicara dengan Allah, dengan membuka aurat di depan kaumnya, sebab hal itu akan menghinakannya serta mengurangi martabatnya, terutama ketika mereka melihatnya lari mengejar sebongkah bagu, yang tidak dapat melihat atau mendengar.

Tak lupa abdul husein mengkritik Nabi Musa:

Larinya batu itu membawa pakaian Musa tidak serta merta memberinya suatau alasan untuk menghinakan dirinya dengan cara membuka auratnya di hadapan orang-orang. Ia bisa saja tinggal di tempatnya sampai seseorang membawa pakaiannya atau apa saja yang lainnya guna menutupi dirinya, seperti orang-oeran sehat akal anak lakukan apabisa sesuatu yang seperti iti terjadi padanya.

Tak lupa juga abdul husein mengkritik ulama-ulamanya sendiri:

Adapun (tujuan) untuk membuktikan bahwa ia tidak menderita hernia tidaklah demikian penting sehingga harus menghinakan Nabi atau menurunkan martabatnya. Hal itu dapat diketahui ddengan mudah oleh sistri-istrinya, yan gkemudian dapat memberitahukan pada meeka apa yang sebenarnya.

Setelah mengkritik Nabi Musa dan ulama syiah, tak lupa abdul husein membongkar hakekat keilmuannya sendiri. Katanya:

Hadis itu tidak diriwayatkan oleh siapa pun, bahwa bani Israil menganggap Musa menderita hernia kecuali oleh Abu Hurairah.

Kita patut bertanya, dari mana abdul husein mendapat gelar ulama? Atau hauzah di najaf begitu mudah memberikan gelar pada seorang bodoh macam abdul husein?

Rupanya inilah kualitas ulama lulusan hauzah. Jika demikian kualitas ulama sekaliber abdul husein, anda bisa membayangkan kualitas mahasiswa indonesia yang belajar di iran dan para alumninya.
sunnah

blog copas